Thursday, October 19, 2017
#Internasional
Pojok Berita - Meski telah dianugerahi paras ayu dan kemampuan kerja otak yang maksimal, nyatanya hal itu tak membuat gadis berusia 23 tahun ini cukup bahagia.
Lidia Dragescu memutuskan untuk mengakhiri hidup tanpa ada tanda-tanda yang terbaca oleh keluarganya.
Tepatnya pada hari Rabu (18/10/2017), kepergian Lidia telah meninggalkan luka hati yang mendalam bagi sang ibu Isabela Dragescu, saudara kembar laki-laki Vlad, dan adik laki-laki Gabriel.
Isabela mengatakan putrinya pernah menceritakan tentang mimpi indahnya.
"Malaikat datang dan memberinya setangkai bunga poppy dan membawanya ke surga, dan itu sangat indah," kenang Isabela.
Dua hari kemudian Lidia menjatuhkan dirinya dari Whispering Gallery, atau bagian dalam gedung yang melingkar dan terletak tepat di bawah kubah, di Gereja Katedral Santo Paulus, London, Inggris.
Lidia telah pergi untuk selamanya setelah terjun dengan membalikkan badan dari ketinggian sekitar 30 meter ke lantai marmer, Rabu (11/10/2017).
Kedua tangannya menggenggam kertas bercoretan yang berisi pesan terakhir darinya.
Sebelumnya, saat hendak berangkat kuliah, Lidia berpamitan dengan penuh kasih sayang pada sang ibu.
Ia kemudian naik bus menuju Gereja Katedral Santo Paulus.
"Dia ingin mengetahui dan melihat langsung seperti apa dunia lain itu. Menurutnya segala hal yang ada di dunia ini begitu berantakan. Dia memilih gereja katedral karena dia ingin terbang ke tangan Tuhan," terang Isabela.
Isabela dan kedua putranya merasa sedih dan tak mengerti mengapa Lidia bunuh diri.
Padahal ia memiliki segalanya dan tidak menunjukkan gejala orang depresi.
Wajah gadis yang juga pernah difoto sebagai model itu luar biasa cantik.
Dia juga baru saja memulai kuliahnya di jurusan biomedis di University of East London.
Keluarganya yang hidup rukun dan saling mencintai tinggal di lantai dasar apartemen di Romford.
Mereka telah lima tahun meninggalkan negara asalnya, Rumania, karena sang ayah berubah menjadi orang yang kasar.
Gadis yang bercita-cita menjadi dokter bedah otak itu tidak pernah mabuk atau mencoba mengonsumsi obat-obatan terlarang.
Ia juga tak memiliki kekasih, tapi tak pernah mempedulikan hal itu.
Meskipun punya beberapa teman, Lidia lebih suka menghabiskan waktunya untuk menulis puisi, belajar, dan membaca.
Kamarnya yang rapi dipenuhi buku-buku, dan meja di samping tempat tidurnya ditumpuki karya-karya Freud, Tolstoy and filsuf Prancis Voltaire.
"Dia sangat tertarik pada otak. Menurutnya, sebagai manusia, kita harus memeriksanya lebih mendalam karena penyelidikan pada otak selama ini masih kurang," ungkap Isabela.
"Dia seorang pemikir. Saat dia bersama kita, ketika dia belajar dan membaca, sebenarnya dia sedang berada di dunia lain, dunianya sendiri," tambahnya.
Lidia juga memiliki gairah untuk memelajari arsitektur, dan dia sudah lama terpesona pada kesempurnaan bangunan Gereja Katedral Santo Paulus.
"Lidia sangat mengagumi keindahan dan setiap hari memberi tahu aku bahwa dunia ini jelek. Kita tinggal di dalam empat dinding. Katanya kau tidak bisa menemukan keindahan lagi di dunia ini, bukan keindahan sesungguhnya," kisah Isabela.
Bahkan, pesan yang ditulis dalam bahasa Rumania untuk ibunya pada catatan yang ia genggam saat bunuh diri mengatakan, "Aku harus melarikan diri dan aku tidak bisa menunggu lagi untuk melihat apa yang ada di dunia lain. Wajar jika kalian akan merasa sedih dan kecewa, tapi jangan begitu karena aku. Keadaanku sekarang lebih baik, di tempat yang lebih bagus".
Sedangkan pesan yang dia tulis dalam bahasa inggris menyebutkan, "Untuk semua yang melihatku seperti ini aku minta maaf. Semua orang tak seharusnya datang untuk melihat mayat ke sini. Aku minta maaf karena memperlihatkan pemandangan yang sangat buruk ini pada kalian. Silakan pergi dan berbahagialah dalam hidupmu".
Isabela membeberkan bahwa Lidia selalu menjadi pusat perhatian kemanapun dia pergi.
"Semua mata tertuju padanya, dan Lidia menyadarinya, tapi ia tak pernah memiliki pacar sama sekali. Dia selalu membawaku kemana-mana karena tidak mau didekati lelaki," tuturnya.
"Dia tidak menginginkan seorang kekasih, mungkin karena ayahnya. Dia tidak bisa jatuh cinta pada siapa pun. Dia tidak menyukai siapa pun. Dia tidak tahan berada di dekat pria. Aku tak tahu mengapa, tapi dia juga bukan penyuka sesama jenis," lanjutnya.
Ibu Lidia juga menceritakan bahwa putrinya yang dulu periang dan aktif berubah menjadi penyendiri sejak pindah ke Inggris.
Ia merasa perpisahan dengan suaminya sangat berpengaruh pada Lidia karena Lidia sangat mencintai ayahnya, tetapi tidak berkomunikasi lagi sejak mereka pindah.
Lidia melihat ayahnya terakhir kali setelah pria itu meledakkan rumahnya hingga hancur, kemudian tiba-tiba ingin tinggal seorang diri.
"Anak-anak sangat terguncang. Ayah mereka tak pernah menyakiti. Dia orang berpendidikan dan memiliki gelar, dan kini sudah menikah lagi," paparnya.
Lidia juga dianggap sebagai orang paling pintar di keluarganya.
"Cara berpikir Lidia selalu masuk akal, dan dia orang paling cerdas di keluargaku. Ini bukan depresi, dan aku tak bisa memahaminya," kata Isabela.
Isabela pingsan saat polisi mengabarkan bahwa putrinya meninggal.
Saudara kembar laki-lakinya, Vlad, bahkan bersumpah tidak akan pernah merayakan ulang tahunnya lagi.
Akhiri Hidup, Kisah Gadis Cantik Ini Buat Saudara Kembar Trauma
Pojok Berita - Meski telah dianugerahi paras ayu dan kemampuan kerja otak yang maksimal, nyatanya hal itu tak membuat gadis berusia 23 tahun ini cukup bahagia.
Lidia Dragescu memutuskan untuk mengakhiri hidup tanpa ada tanda-tanda yang terbaca oleh keluarganya.
Tepatnya pada hari Rabu (18/10/2017), kepergian Lidia telah meninggalkan luka hati yang mendalam bagi sang ibu Isabela Dragescu, saudara kembar laki-laki Vlad, dan adik laki-laki Gabriel.
Isabela mengatakan putrinya pernah menceritakan tentang mimpi indahnya.
"Malaikat datang dan memberinya setangkai bunga poppy dan membawanya ke surga, dan itu sangat indah," kenang Isabela.
Dua hari kemudian Lidia menjatuhkan dirinya dari Whispering Gallery, atau bagian dalam gedung yang melingkar dan terletak tepat di bawah kubah, di Gereja Katedral Santo Paulus, London, Inggris.
Lidia telah pergi untuk selamanya setelah terjun dengan membalikkan badan dari ketinggian sekitar 30 meter ke lantai marmer, Rabu (11/10/2017).
Kedua tangannya menggenggam kertas bercoretan yang berisi pesan terakhir darinya.
Sebelumnya, saat hendak berangkat kuliah, Lidia berpamitan dengan penuh kasih sayang pada sang ibu.
Ia kemudian naik bus menuju Gereja Katedral Santo Paulus.
"Dia ingin mengetahui dan melihat langsung seperti apa dunia lain itu. Menurutnya segala hal yang ada di dunia ini begitu berantakan. Dia memilih gereja katedral karena dia ingin terbang ke tangan Tuhan," terang Isabela.
Isabela dan kedua putranya merasa sedih dan tak mengerti mengapa Lidia bunuh diri.
Padahal ia memiliki segalanya dan tidak menunjukkan gejala orang depresi.
Wajah gadis yang juga pernah difoto sebagai model itu luar biasa cantik.
Dia juga baru saja memulai kuliahnya di jurusan biomedis di University of East London.
Keluarganya yang hidup rukun dan saling mencintai tinggal di lantai dasar apartemen di Romford.
Mereka telah lima tahun meninggalkan negara asalnya, Rumania, karena sang ayah berubah menjadi orang yang kasar.
Gadis yang bercita-cita menjadi dokter bedah otak itu tidak pernah mabuk atau mencoba mengonsumsi obat-obatan terlarang.
Ia juga tak memiliki kekasih, tapi tak pernah mempedulikan hal itu.
Meskipun punya beberapa teman, Lidia lebih suka menghabiskan waktunya untuk menulis puisi, belajar, dan membaca.
Kamarnya yang rapi dipenuhi buku-buku, dan meja di samping tempat tidurnya ditumpuki karya-karya Freud, Tolstoy and filsuf Prancis Voltaire.
"Dia sangat tertarik pada otak. Menurutnya, sebagai manusia, kita harus memeriksanya lebih mendalam karena penyelidikan pada otak selama ini masih kurang," ungkap Isabela.
"Dia seorang pemikir. Saat dia bersama kita, ketika dia belajar dan membaca, sebenarnya dia sedang berada di dunia lain, dunianya sendiri," tambahnya.
Lidia juga memiliki gairah untuk memelajari arsitektur, dan dia sudah lama terpesona pada kesempurnaan bangunan Gereja Katedral Santo Paulus.
"Lidia sangat mengagumi keindahan dan setiap hari memberi tahu aku bahwa dunia ini jelek. Kita tinggal di dalam empat dinding. Katanya kau tidak bisa menemukan keindahan lagi di dunia ini, bukan keindahan sesungguhnya," kisah Isabela.
Bahkan, pesan yang ditulis dalam bahasa Rumania untuk ibunya pada catatan yang ia genggam saat bunuh diri mengatakan, "Aku harus melarikan diri dan aku tidak bisa menunggu lagi untuk melihat apa yang ada di dunia lain. Wajar jika kalian akan merasa sedih dan kecewa, tapi jangan begitu karena aku. Keadaanku sekarang lebih baik, di tempat yang lebih bagus".
Sedangkan pesan yang dia tulis dalam bahasa inggris menyebutkan, "Untuk semua yang melihatku seperti ini aku minta maaf. Semua orang tak seharusnya datang untuk melihat mayat ke sini. Aku minta maaf karena memperlihatkan pemandangan yang sangat buruk ini pada kalian. Silakan pergi dan berbahagialah dalam hidupmu".
Isabela membeberkan bahwa Lidia selalu menjadi pusat perhatian kemanapun dia pergi.
"Semua mata tertuju padanya, dan Lidia menyadarinya, tapi ia tak pernah memiliki pacar sama sekali. Dia selalu membawaku kemana-mana karena tidak mau didekati lelaki," tuturnya.
"Dia tidak menginginkan seorang kekasih, mungkin karena ayahnya. Dia tidak bisa jatuh cinta pada siapa pun. Dia tidak menyukai siapa pun. Dia tidak tahan berada di dekat pria. Aku tak tahu mengapa, tapi dia juga bukan penyuka sesama jenis," lanjutnya.
Ibu Lidia juga menceritakan bahwa putrinya yang dulu periang dan aktif berubah menjadi penyendiri sejak pindah ke Inggris.
Ia merasa perpisahan dengan suaminya sangat berpengaruh pada Lidia karena Lidia sangat mencintai ayahnya, tetapi tidak berkomunikasi lagi sejak mereka pindah.
Lidia melihat ayahnya terakhir kali setelah pria itu meledakkan rumahnya hingga hancur, kemudian tiba-tiba ingin tinggal seorang diri.
"Anak-anak sangat terguncang. Ayah mereka tak pernah menyakiti. Dia orang berpendidikan dan memiliki gelar, dan kini sudah menikah lagi," paparnya.
Lidia juga dianggap sebagai orang paling pintar di keluarganya.
"Cara berpikir Lidia selalu masuk akal, dan dia orang paling cerdas di keluargaku. Ini bukan depresi, dan aku tak bisa memahaminya," kata Isabela.
Isabela pingsan saat polisi mengabarkan bahwa putrinya meninggal.
Saudara kembar laki-lakinya, Vlad, bahkan bersumpah tidak akan pernah merayakan ulang tahunnya lagi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment